Allah, Bapa yang di surge
Jiwa ku gundah gulana
Melihat apa yang terjadi dengan agama - agama
Mulai dari lahir sampai ajal
Urusan agama sering jadi pengganjal
Sepasang mempelai menikah, maka di hadapan petugas pemerintah berkumpul sanak saudara kedua keluarga namun, pencatatan nikah mereka tidak tidak diterima sebab agama mereka tidak diakui oleh Negara. Astaga! Sejak kapan agama perlu pengakuan Negara, bukankah sejak jaman purba sebelum ada Negara di dunia sudah ada banyak agama dan setiap orang bebas memilih mana yang dia suka.
Lalu dari pernikahan itu lahirlah seorang putra, tapi sayang anak ini tidak boleh punya akta. Karena pernikahan orang tua dianggap tidak ada. Sebab kepercayaan mereka tidak diakui Negara.
Tanpa akta lahir, anak ini susah cari sekolah. Ketika akhirnya masuk, lagi-lagi agama bikin susah katanya “tidak ada guru untuk mengajar agama beda”. Lalu di sekolah muncul aturan busana agama, teman sekelas yang semula sama langsung melihat tembok pembeda : ini kami, itu mereka. Hanya gara-gara busana, apakah nanti ada sepatu yang berbeda berdasarkan agama?
Tragedi kematian menimpa sang ibunda, tetapi di kuburan jenazah tidak diterima, katanya “kuburan ini khusus untuk suatu agama”. Apakah surga dikotak-kotak menurut agama?
Dunia mengkotakan agama, ikatan cendikiawan pun didirikan menurut agama. Bagaimana kalau tukang cendol mau berorganisasi, apa nanti ada Ikatan Cendolwan agama ini dan itu?
Allah, Bapa suci, bukankah tiap agama bermaksud mendekatkan diri kepada Engkau Yang Ilahi dan semua insane yang Kau hargai tanpa beda dan kecuali?
Tetapi kenapa demi agama justru terjadi iri, emosi, dengki dan benci, lalu orang saling berkelahi.
Allah berhati pemurah, bukankah semua agama jalan anugerah, tetapi kenapa demi agama orang jadi marah lalu gedung ibadah dirusak dan dijarah.
Allah yang rahmani, apakah gerangan yang Engkau rasa dihati, melihat masa garang mengacungkan pedang bak lascar perang, membunuh orang, sambil meneriakan nama-Mu dengan berang.
Allah yang esa, jiwa ku gundah gulana. Mengapa gara-gara agama timbul huru-hara dan petaka, sehingga timbul derita.
Mengapa orang begitu tega menyalahgunakan agama untuk mencari kuasa, untuk menimbulkan bencana,. Bukankah tiap agama dimaksud untuk sejahtera.
Untuk apa kita mengaku beragama jika kita hanya memandang agama sebagai sebuah kata belaka aku yakin bahwa tidak ada agama manapun yang di dunia ini membenarkan dan mengajarkan umatnya untuk saling membunuh, menganiaya, menindas dan merampas hak-hak sesama. Kebanyakan dari kita hanya berlindung di balik yang namanya agama, untuk melakukan kepentingan pribadi, partai, kaum, ras, suku, politik dan banyak lainya.
Ya Tuhan ku, jadikanlah bangsa ku, bangsa yang damai, bangsa yang penuh cinta kasih, dan bangsa yang menghargai semangat dan pengorbanan para pendahulunya. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar